Rp 15.000
Bajigur dan Bandrek
Deskripsi Produk :
Bandrek & Bajigur Habbatussauda Legiit adalah minuman khas Jawa Barat (sunda) yang berasal dari Bandung. Bandrek ini mirip dengan wedang khas Jogyakarta. sedangkan bajigur rasanya manis dan mempunyai aroma yang khas.
Spesifikasi :
Berat : 150 g ( Bandrek atau Bajigur )
Rasa : Original
Harga : Rp 15.000 ( tidak termasuk biaya kirim )
Expire : 4-5 bulan setelah produksi.
Note : BEST SELLER
Pemesanan :
Harga Resseler :
http://tigaroet.com/resseler
Foto Produk :
Deskripsi Produk :
Bandrek & Bajigur Habbatussauda Legiit adalah minuman khas Jawa Barat (sunda) yang berasal dari Bandung. Bandrek ini mirip dengan wedang khas Jogyakarta. sedangkan bajigur rasanya manis dan mempunyai aroma yang khas.
Spesifikasi :
Berat : 150 g ( Bandrek atau Bajigur )
Rasa : Original
Harga : Rp 15.000 ( tidak termasuk biaya kirim )
Expire : 4-5 bulan setelah produksi.
Pemesanan :
Harga Resseler :
http://tigaroet.com/resseler
Foto Produk :
Khasiat Bandrek Bandung
Bandrek adalah minuman tradisional. Minuman ini cocok dihidangkan pada saat-saat yang dingin, seperti di kala hujan ataupun malam hari. Bahan dasarnya yang paling penting adalah jahe dan gula merah.
Tapi di daerah-daerah tertentu, menambahkan rempah tersendiri agar hangatnya lebih terasa, seperti serai, merica, pandan, telur ayam kampung dan sebagainya. Susu bisa ditambahkan juga, tergantung dari selera. Banyak orang percaya khasiat bandrek untuk menyembuhkan penyakit ringan, seperti sakit tenggorokan dan flu.
Bandrek berkhasiat karena minuman ini bisa menghangatkan badan, mencegah masuk angin, melancarkan peredaran darah dan menjaga stamina tubuh, kata Suwardi,48, pengusaha bandrek siap saji merek Gunung Jati di Paya Roba, Binjai Barat.
Bandrek siap saji Gunung Jati produksi Suwardi, menggunakan komposisi bahan alami yang banyak ditemukan di Indonesia. Salah satu bahan tambahnya menggunakan gula aren khas produksi industri kecil dari Desa Mancang, Kabupaten Langkat.
“Untuk bahan utama jahe, yang digunakan jahe biasa (jahe kampung). Mengapa kami tidak menggunakan jahe merah? Di samping agak jarang pengadaannya harga pun juga tinggi. Namun ke depan kami juga akan produksi bandrek dengan bahan jahe merah,” kata Suwandi.
“Inspirasi untuk memproduksi bandrek ini agar konsumen dengan mudah bisa menyajikan sendiri saat kepingin meminumnya. Tidak perlu repot-repot. Cukup campurkan air panas sudah siap minum,” ungkap Suwardi.
Saat PinbisMedia melihat proses pembuatan bandrek, ternyata dari pabrik mini yang luasnya 7 x 7m milik Suwardi, perharinya menghasilkan 8.000 bungkus/sachet dan dikemas menjadi 400 kotak dengan isi 20 bungkus/sachet.
”Kita punya 3 kemasan produk. Untuk bandrek siap saji plus madu ada dua kemasan yaitu untuk kemasan kotak khusus isi lima bungkus, yang biasanya dapat dijual di toko-toko/pasar swalayan,” katanya.
Untuk pengembangan usaha, Suwandi sudah melengkapi beberapa peralatan pabrik seperti mesin giling basah dan kering untuk jahe, mesin aduk, mixer, mesin cuci jahe, dan untuk pengemasan. Menurut Suwardi, untuk produk bandrek, pasarnya masih terbuka lebar, sehingga bisnis tersebut memiliki prosfek yang cerah.
0 komentar:
Posting Komentar